2 minggu lalu, sebuah "mukjizat" perjalanan dinas membawa saya menuju kota kelahiran saya selama 1 minggu lamanya. Pergi ke kota besar takkan sempurna bagi saya (dan jg yg lain) tanpa membeli barang kebutuhan yang tak tersedia dalam harga murah di tempt domilisi saya.
Maka dengan melirik dompet saya yang telah sobek sana sini, saya memutuskan untuk bertandang ke Tanggulangin. Sebuah kecamatan di sidoarjo yang terkenal sebagai sentra kerajinan tas dan koper berbahan kulit. Terkenal, paling tidak sebelum bencana konyol buatan manusia itu melanda kota kelahiran saya ini.
Anyway, beberapa toko saya masuki untuk mensurvey berbagai dompet, mulai dari yg besar, kecil, bermerk guess, gucci, hermes sampe LV. Yaa...bahkan nenek-nenek bermata rabun pun bisa tau bahwa ini cuma barang-barag imitasi alias kw, dan yang paling ironis adalah saya hampir putus asa demi mencari sebuah dompet tanpa embel-embel berbagai brand ternama itu.
Di tengah kekalutan, pilihan saya pun akhirnya jatuh pada sebuah dompet kulit asli berwarna hitam seharga 80rb bermerk imperial. Dan saya bangga memakainya.
Belajar memaknai hidup yang indah maupun yang sedih, karena "It always has to be dark for the stars to appear"
Sabtu, 07 April 2012
brand & jati diri
Published with Blogger-droid v2.0.2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mana potonya?
BalasHapusaslinya aja sini ak bawa saben hari
Hapusya ampun, koleksi hermesku pasti ada yg di situ juga. memang tas sosialita banyak yang pingin ngembarin... :D
BalasHapus