Hari-hari belakangan yang saya lewati sukses menampar diri saya keras-keras. Tapi mungkin itulah cara bijak Allah untuk memperingatkan hambanya seperti saya yang terlampau sombong berjalan di muka bumi ini.
Betapa hati saya tidak merasa miris, ketika satu hari setelah hari pertunangan kami yang berjalan sukses dan membahagiakan terjadi sebuah musibah kecelakaan yang dialami Papa beserta 5 kerabat yang lain. Saya yang selalu merasa hebat hanya bisa menangis di ujung telepon di sudut ruangan yang terletak ribuan kilometer dari keluarga saya berada. Dalam pikiran saat itu hanya ada nama Ranggi calon suami saya beserta keluarganya yang terlintas di pikiran saya untuk membantu mama yang sedang berjuang mengurus segalanya.
Dari ujung telepon saya hanya bisa memantau dari jauh dan mendengar cerita betapa perhatian dan bantuan yang mereka berikan begitu besar untuk keluarga saya. Hal itu seperti sebuah jawaban besar yang Allah berikan di tengah-tengah pertanyaan besar yang sering saya lontarkan perihal perubahan komitmen besar yang akan kami alami kurang dari 2 bulan ke depan. Mengingat betapa panjangnya masa pacaran kami dan kami terlalu terbiasa menjunjung tinggi visi hidup masing-masing tanpa perlu saling mempengaruhi satu sama lain.
Setelah kondisi papa yang stabil, saya dan keluarga saya juga harus menghadapi kehilangan mobil kami satu-satunya . Belum juga biaya perawatan papa beserta kerabat-kerabat kami yang mejadi korban yang harus kami tanggung sebagai wujud pertanggungjawaban kami, selain biaya ganti rugi kepada mobil lain yang papa tabrak dan biaya pengurusan ke kantor polisi. Semua itu praktis menguras tabungan keluarga kami padahal pernikahan saya yang pastinya membutuhkan banyak biaya tinggal menghitung hari. Satu hal lagi yang pasti diambil hikmahnya adalah uang benar-benar hanya titipan dan tidak ada artinya dibandingkan keselamatan papa yang hampir bisa dibilang keajaiban jika melihat kondisi mobil yang hancur di bagian depan.
Dan Allah pun tak putus memberikan rejeki pengganti kepada kami melalui jalan yang sungguh tak kami sangka. Hingga saya pun tak begitu menghiraukan kekurangan untuk biaya pernikahan.
Seminggu yang berat tapi seminggu yang mendewasakan, dan bukan tak mungkin ini baru awal dari serangkaian persiapan panjang yang saya lewati setahun ini, dan sedikit bekal awal dari Allah untuk perjalanan panjang saya ke depan.
Alhamdulilah :)